s

Jumat, 03 April 2015

SERTIFIKASI BENIH

SERTIFIKASI BENIH

  1. A. Pengertian Sertifikasi Benih

Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan.

  1. B. Maksud Sertifikasi Benih

Sertifikasi Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap produsen/penangkar serta pedagang benih

  1. C. Tujuan Sertifikasi Benih

Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah : untuk memelihara kemurnian dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.

  1. D. Sasaran Sertifikasi Benih

1)   Mempertahankan kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas,
2)   Membantu para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu yang baik;
3)   Membantu para petani dalam mendapatkan benih serta penyediaannya di pasaran.

  1. E. Tugas dan Fungsi sertifikasi Benih

1)       Mengadakan pemeriksaan lapang;
2)       Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih;
3)       Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4)       Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5)       Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6)       Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7)       Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;
8)       Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan sertifikasi.
  1. F. Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi Benih

  1. Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman;
  2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
  3. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971;
  4. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor SK.I.HK.050.84.68, tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi Benih;
  5. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina;
  6. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98, tentang Izin Produksi Benih Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;
  7. Surat Keputusan Dirjen  Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-57, tentang Pedoman tata Cara dan Ketentuan Umum Sertifikasi Benih Bina;
  8. Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-58, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah secara Vegetatif;
  9. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi Benih, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
  10. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.120/3/07, tentang Produksi Benih, Kedelai;
  11. Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan oleh pemulia atau instansinya.
  12. G. Syarat – syarat sertifikasi Benih
  1. 1. Permohonan/Pendaftaran Sertifikasi

Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang bermaksud memproduksi benih bersertifikat, ditujukan kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan sertifikasi hanya dapat dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

  1. 2. Sumber Benih

Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan benih bersertifikat harus berasal dari kelas benih yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya untuk menghasilkan benih sebar harus ditanam benih pokok, oleh sebab itu benih yang akan ditanam harus bersertifikat/berlabel.
  1. 3. Varietas

Varietas benih yang dapat disertifikasi, yaitu varietas benih yang telah ditetapkan sebagai varietas unggulan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian serta dapat disertifikasi.
  1. 4. Areal Sertifikasi
Tanah/Lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi benih bersertifikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan komoditi yang akan diproduksi, karena tiap-tiap komoditi memerlukan persyaratan sejarah lapang yang berbeda.
Adapun persyaratan areal tersebut diantaranya :
  1. Letak dan batas areal jelas
  2. Satu blok untuk satu varietas dan satu kelas benih
  3. Sejarah lapangan : Bera, Bekas tanaman lain, Bekas varietas yang sama dengan kelas benih yang lebih tinggi, atau bekas varietas lain tetapi mudah dibedakan.
  4. Luas areal diarahkan minimal 5 Ha (BR) mengelompok.
  5. Syarat areal bekas tanaman padi yang dapat dijadikan areal sertifikasi (dalam Tabel)
5.    Isolasi
Isolasi dalam sertifikasi terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Isolasi Jarak
Isolasi jarak antara areal penangkaran dengan areal bukan penangkaran minimal 3 meter, ini bertujuan untuk menjaga agar varietas dalam areal penangkaran tidak tercampur oleh varietas lain dari areal sekitarnya.
2. Isolasi Waktu
Isolasi waktu kurang lebih 30 hari (selisih berbunga) , ini bertujuan agar tidak terjadi penyerbukan silang pada saat berbunga antara varietas pengakaran dengan varietas disekitarnya.
  1. 6. Pemeriksaan Lapangan

Guna menilai apakah hasil benih dari pertanaman tersebut memenuhi standar benih bersertifikat, maka diadakan pemeriksan lapangan oleh pengawas benih.
Pemeriksaan lapangan dilakukan secara bertahap yang meliputi Pemeriksaan Lapangan Pendahuluan (paling lambat saat tanam), Pemeriksaan Lapangan Ke I (fase Vegetatif), ke II (fase generatif), dan Pemeriksaan Lpang Ke III (menjelang panen).
  1. 7. Peralatan Panen dan Perosesing Benih
Peralatan/perlengakapan yang digunakan untuk panen dan prosesing harus bersih terutama dari jenis atau varietas yang tidak sama dengan yang akan diproses/dipanen. UJ\ntuk menjamin kebersihan ini harus diadakan pemeriksaan sebelum penggunaannya, misalnya ; Combine, Prosessing Plant, ataupun wadah benih lainnya.


  1. 8. Uji Laboratorium
Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan lulus lapangan maka perlu diuji mutunya di laboratorium oleh analis benih, yang meliputi uji kadar air, kemurnian, kotoran benih, campuran varietas lain, benih tanaman lain, dan daya tumbuh.
9.      Label dan Segel
Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses sertifikasi dinyatakan selesai apabila benih telah dipasang label dan disegel. Label yang digunakan pemasangannya diawasi oleh petugas Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih seta warna label disesuaikan  dengan kelas benih yang dihasilkan.
BAGAN PROSES  SERTIFIKASI DAN PELABELAN BENIH
Bagan proses SERTIFIKASI DAN PELABELAN BENIH

Klasifikasi Bibit / Benih Kentang

       Benih produksi dikelompokan dalam kelas-kelas sesuai dengan tahapan generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya melalui suatu prosedur yang diatur dalam aturan sertifikasi benih yaitu :

1. Benih Penjenis ( Breder Seed , BS) / G0 
Benih penjenis adalah benih sumber yang diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia ( breeder ) yang menemukan atau diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut. Benih penjenis diproduksi dan diawasi oleh pemulia tanaman dan atau oleh instansi yang menanganinya (Lembaga penelitian atau perguruan tinggi), benih ini sebagai sumber untuk perbanyakan benih dasar, khusus untuk penjenis tidak dilakukan sertifikasi tetapi diberikan label warna kuning. 

2. Benih Dasar ( Foundation Seed , FS) / G1 dan G2 
Benih dasar merupakan turunan pertama ( F1 ) dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia tanaman sehingga kemurniaan varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar diproduksi oleh Balai Benih (terutama BBI) dan proses produksi diawasi dan disertifikasi oleh BPSB. Benih ini diberi label sertifikasi berwarna putih. 

3. Benih Pokok ( Stock Seed , SS) / G3 
Benih pokok merupakan F1 dari benih dasar atau F2 dari benih penjenis, produksi benih pokok tetap mempertahankan identitas dan kemurnian varietas serta memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok diproduksi oleh Balai benih atau pihak swasta yang terdaftar dan diberi label berwana ungu. 

4. Benih Sebar ( Extension Seed , ES) / G4 
Benih sebar merupakan F1 dari benih pokok. Produksinya tetap mempertahankan identitas maupun kemurnian varietas dan memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok dan benih sebar umumnya diperbanyak oleh Balai Benih dengan mendapatkan bimbingan, pengawasan dan sertifikasi BPSB. Benih sebar diberi label sertifikasi berwarna biru. 

Sistem Produksi Benih Sumber menurut Departemen Pertanian (2013), yaitu :


Pengertian Benih Kentang

       Menurut SNI (2004), benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Benih kentang adalah bagian tanaman berupa umbi bukan dalam bentuk biji botani (TPS atau True Potato Seed ) yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman kentang.